Sebenarnya Kota
Kasablanka salah satu pusat perbelanjaan yang paling banyak menyerap energy
untuk dikunjungi karena selain tempatnya yang cukup luas, posisinya yang berada
dijalur utama kota Jakarta menjadikannya akrab dengan macet.
Tetapi untuk
kali ini Redaksi Majalah Franchise memberanikan diri untuk ikut menelusuri mal
yang super besar itu untuk menelusuri pemain-pemain franchise baru yang selama
ini belum tersentuh.
Sejak
menginjakkan kaki didepan pintu masuk lantai dasar, rasa capek sudah mulai
menghantui setelah melihat kondisi mal. Bisa dibayangkan dengan mal sebesar
itu, berapa banyak energy yang dibutuhkan untuk menelusuri setiap sudutnya. Dan
baru menginjak lantai dasar saja, sejumlah brand kuliner nasional maupun
internasional sudah berjejer ibarat jamur.
Pada akhirnya,
setingkat demi setingkat berhasil dilalui tetapi hanya sampai ke lantai satu
atau tiga lantai dari lantai paling dasar. Langkah kami terhenti pada sebuah
brand yang tampilannya cukup mencolok mata.
"Churreria,
Spanish Chocolateria" nama brand tersebut. Dari kalimat yant tertulis di
outletnya itu jelas sudah itu adalah kedai cokelat khas Spanyol.
Setelah kami
mendekat dan duduk di salah satu sofa, seorang karyawannya menyodorkan buku
menu yang berbahasa inggris. Sebelum kami memesan, Ia terlebih dahulu
menawarkan sejumlah menu best sellernya antara lain, Churros Classic, Churros
Deluxe, Churros Fiesta, dan beberapa menu pilihan cokelat panas khas Spanyol.
Karena rasa
penasaran, kamipun memesan Churros Classic seharga Rp 32 ribu, beserta segelas
cokelat panas tanpa toping, susu atau gula sebagaimana yang ditawarkan pelayan
tadi. Rupanya pilihan kami tepat, perpaduan antara rasa crispynya Churros yang
dan dicelup kedalam gelas cokelat panas begitu sempurna.
Tulisan Spanish
Hot Chocolate dalam buku menu Churreria
semakin mempertegas bahwa kedai itu memang berasal dari Eropa.
Setelah 40 menit
menikmati hidangan Churreria, kamipun bertanya kepada salah satu karyawan yang
ada. Untuk memastikan apakah prasangka kami sejak awal tadi benar, apakah benar
Churreria ini berasal dari Spanyol, dan apakah bisnis ini di franchisekan.
Dari sebuah
ruangan VVIP Churerria, atau yang biasa dijadikan ruangan para pelanggan perokok,
mucul pria bertubuh tegap dengan senyum ia berkata “Benar mas, bisnis ini
adalah franchise tetapi bukan berasal dari Spanyol hanya konsepnya saja,” kata
Hermanto, Head Management, Churreria.
Ternyata bisnis
itu didirikan oleh orang Indonesia sendiri bernama Kent Rusli, pada tahun 2012
dengan outlet pertamanya di Grand Indonesia. Dan sejak tiga bulan berdiri
langsung ditawarkan secara franchise berdasarkan permintaan sahabat Kent Rusli
sendiri. Outlet franchise tersebut dibuka di Serpong Tangerang.
Selanjutnya
manajemen Churreria memutuskan untuk mengembangkan sendiri outletnya di kota
Jakarta. Hingga pada saat ini berhasil hadir di Mall Of Indonesia, Mall Kelapa
Gading, Puri Indah Mall, Kota Kasablanka, dan Gandaria City Mall.
“Saat ini outlet
kita sudah 7, dua diantaranya franchise, tetapi yang full franchise itu yang
ada di Serpong,” kata Hermanto.
Ide konsep
Churreria sendiri diambil dari salah satu kedai pinggir jalan di Sidney,
Australia, yang menyajikan beberapa menu cokelat panas dan sangat diminati masyarakat
setempat. Pembelinya rela mengantri berjam-jam untuk bisa menikmati produk
kedai pinggiran itu.
“Dari situ kita
kembangkan dalam bentuk resto atau yang lebih besar, karena kita yakin di
Indonesia ini bisa diterima. Maka tahun 2012 itu kita buka dan kita sesuaikan
dengan lidah masyarakat Indonesia misalnya cokelat panas yang kami beri toping
gula, atau susu atau cream sehingga rasanya manis. Karena masyarakat Indonesia
itu suka dengan yang manis-manis,” ucap Hermanto.
Chureria sendiri
mempersepsikan diri sebagai kedainya para pecinta cokelat. Oleh karenanya,
cokelat yang disajikan benar-benar cokelat murni tanpa campuran. Bahan bakunya
diimpor langsung dari luar negeri. Berbagai farian produk cokelat yang
disandingkan dengan sejumlah snack seperti Churros atau yang mirip dengan Cakwe
Medan mampu menarik penikmat cokelat ke Churreria mampu menciptakan marketnya
sendiri.
“Awal beridiri
memang kita agak kesulitan karena brand kita ini baru, dan masih asing bagi
masyarakat Indonesia, tetapi setelah kita memperkenalkan diri sebagai tempat
bagi para pecinta dan penikmat cokelat, masyarakat langsung terbuka dan sangat
menerima kami,” papar Hermanto.
Walaupun menu
utamanya adalah cokelat, Churreria tetap melengkapi menunya dengan beberapa
menu umum lain seperti cake, coffee, pasta, nachos, Spagetti, dan lain-lain.
Menu-menu tersebut merupakan pelengkap yang juga kerap dicari pengunjung ketika
berada di Churreria.
Investasi
franchise Churreria, sebesar Rp 1,7 miliar untuk 90 meter persegi, dimana
franchisee fee sebesar Rp 750 juta untuk 3 tahun (termasuk dalam biaya
investasi awal, royalti fee yang diberlakukan pasca 3 bulan buka 3% sampai 5%.
“Nilai investasi
sudah termasuk peralatan operasional, training karyawan, interior, layout
ruangan, bahan baku awal, yang jelas siap operasi awal dan selanjutnya kita
bebankan untuk pembelian bahan baku itu
harus di pusat,” jelas Hermanto. (Edisi September 2015/ Majalah Franchise Indonesia)
Julhan Sifadi