Dan benar,
Itu terwujud ketika engkau tampak menyembunyikan senyummu saat terakhir harus
menatapku dibalik rumah tua yang mulai pudar. Aku tau engkau takkan bisa
melepas kepergianku kali ini. Tetapi aku harus pergi, maafkan aku…..
Mulai esok
engkau tak lagi mendengar tangisan yang menghiasi gubukmu, yang menyemangatimu
untuk selalu pulang membawa tentengan kresek berisi makanan kecil dan
mainan-mainan lucu untukku.
Aku tau engkau sangat menyayangiku, sangat mencintaiku, walaupun setiap malam aku hanya tertidur lelap dipelukan seorang wanita super yang Tuhan utus sebagai penyambung hidupku.
Kini engkau
harus terbiasa seperti semula, saat aku berada dalam kehangatan sebelum Tuhan
menyepakati janjiku kedunia ini.
Rumah yang menjadi saksi atas senyum dan tangisku bersamamu kala itu akan tetap terkenang sebagai perekat rindu.
Rumah yang menjadi saksi atas senyum dan tangisku bersamamu kala itu akan tetap terkenang sebagai perekat rindu.
Angin-angin
yang meniup sayu dipekaragan tempatmu mengalah saat melepas lelah, akan menjadi
lukisan indah yang kan kuceritakan kelak….
Julhan
Sifadi