
Sedikit menghela nafas panjang sambil
meperhatikan yang bertanya itu, yah..anak tetangga yang baru menginjakkan kaki
kelas 1 SMP. Anak itu memang sering membuka-buka Majalah Franchise yang ada di
rumah setiap terbitan edisi baru. Ia juga pernah beberapa kali melihat saya
tampil di Majalah itu.
Dengan lembut aku balik bertanya sebelum memberi
jawaban. “Apakah kamu ada PR bahasa Inggris yang hendak diselesaikan?,” tanyaku.
Anak itu dengan polosnya tersenyum lalu berkata “Tidak
om, hanya saya diminta bisa berkomunikasi dengan Bahasa inggris dengan
teman-teman di kelas,”.
Rupanya ia ingin diajak berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Inggris agar lancar dan bisa memenuhi permintaan sang guru di sekolah.
Suatu saat saya merenung, dan bertanya dalam hati
seberapa pentingkah Bahasa Inggris?.
Sejak sekolah dulu sebenarnya guru bahasa Inggris
saya juga pernah mengatakan bahwa suatu saat akan memasuki masa globalisasi
sehingga memungkinkan masyarakat dari berbagai belahan dunia masuk ke
Indonesia. Disitulah kita dituntut untuk tau dan mengerti bahasa Inggris
sebagai bahasa Internasional. Alasan guru saya waktu itu agar kita tidak mudah
dibodoh-bodohi.
Sebenarnya cukup masuk akal untuk saat itu, dan
predisi itu kemungkinan besar benar karena saat ini kita sudah memasuki era
Masyarakat Ekonomi Asean. Kondisi yang memungkinkan orang bebas keluar masuk
dalam dan luar negeri.
Ini menjadi menarik ketika kemampuan berbahasa
Inggris penduduk Indonesia yang boleh dibilang minim. Lalu, apakah benar kita
akan dibodohi? Apakah kita wajib tau bahasa yang katanya Internasional itu?
Disini saya perlu tegaskan bahwa ternyata kita
tidak perlu tau bahasa Inggris tersebut. Kenapa? Karena sebenarnya kitalah
pemegang kendali dalam negeri, kitalah pemilih NKRI ini. Saya akan mengambil
sebuah perandaian antara pemilik rumah dan tamu.
Apakah kita sebagai pemilik
rumah wajib mengerti bahasa tamu yang datang ke rumah kita? Nyatanya tidak, dan
tamulah yang wajib tau bahasa kita. Orang asing yang ke Indonesia-lah yang
wajib bisa berbahasa Indonesia.
Kita harus memaksa mereka belajar bahasa
Indonesia, dan hanya kita yang bisa memaksa mereka. Caranya? Kita tidak perlu
lebay melayani orang asing dengan bahasa Inggris.
Mari kita renungkan kisah berikut :
Suatu ketika, saya bertemu dengan seorang pebisnis
asal Jepang yang juga sukses membangun brand-nya
di Indonesia dalam sebuah acara. Saat itu saya mengajak dia ngobrol menggunakan
bahasa Indonesia, dan rupanya dia menggunakan bahasa isyarat sebagai tanda bahwa
ia tidak bisa berbahasa Indonesia. Sayapun kembali menggunakan bahasa Inggris
seadanya, diapun melambaikan tangannya.
Tidak lama kemudian datang stafnya yang memang
mengurusi bisnis di Indonesia. Dia lalu
mendampingi saya menjadi translate atau orang yang mengartikan bahasa saya ke
dalam bahsa Jepang untuk disampaikan ke pengusaha sukes itu.
Karena informasi yang saya dapatkan dari orang
itu sangat minim, dan sang sekretaris tidak bisa menjawab pertanyaan saya yang
lebih spesifik, maka saya dipertemukan dengan pemimpin perusahaan itu untuk
wilayah Asia Tenggara. Kejadiannya sama, yaitu sama-sama tidak mengerti bahsa
Inggris.
Setelah acara, saya semakin penasaran, kenapa
pengusaha asal Jepang itu mayoritas tidak bisa menggunakan bahasa Inggris,
padahal bisnisnya telah mendunia. Boleh dikata setiap negara ia memiliki kantor
cabang.
Saya menghampiri staf yang tadinya mendampingi
saya lalu bertanya “Maaf saya mau tanya, kenapa para pejabat di kantor Ibu
tidak ada yang bisa berbahasa Inggris?,”. Dia pun memberi jawaban yang membuat
saya terkejut. “Mereka memang tidak mau belajar Bahasa Inggris dan di setiap
negara sudah ada staf-staf yang setidaknya bisa mengerti bahasa di negara
tersebut,” kata dia.
Tanpa disengaja, saya juga mendapat tugas kantor
untuk mewawancarai pimpinan sebuah Organisasi Pemerintah Jepang bidang Ekonomi.
Di organisasi itu saya mendapatkan informasi bahwa dari 9 karyawan yang ada, 7
diantaranya adalah orang Indonesia yang wajib
mahir berbahasa Jepang sebagai syarat untuk diterima bekerja di organisasi
tersebut.
Kesimpulannya : Adakah hubungannya dengan
kewajiban kita untuk mahir berbahasa Inggris? Rupanya tidak. Dan jelas bahwa dari
cerita tersebut, saya bisa menyimpulkan bahwa barang siapa yang membutuhkan
maka dialah yang wajib tahu bahasa kita. Jika orang asing membutuhkan kita maka
kita punya hak untuk memaksa mereka belajar bahasa Indonesia, begitupun
sebaliknya jika kita ingin mengembangkan usaha, atau sekolah ke luar negeri
maka kitalah yang wajib belajar Bahasa Inggris.
Ia pisa..betul itu...
Hihihi ampunn guru