
Angin segar bagi para pelaku UMKM ini bukanlah isapan jempol belaka, karena pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, sudah memberikan dukungan melalui Permendag Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Serta Permendag No. 56/M-DAG/PER/9/2014 Jo, dan Permendag No. 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Dalam
permendag nomor 70, Pasal 14 sampai dengan pasal 17 tertulis jelas bahwa, kemitraan dalam mengembangkan UMKM di Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern dapat dilakukan dengan dua pola yaitu pola perdagangan umum dan pola waralaba.
Pola perdagangan umum, terdiri
dari tiga yakni, pertama,
kerja sama pemasaran yaitu memasarkan barang hasil produksi UMKM yang dikemas
atau dikemas ulang (repackaging)
dengan merek pemilik barang, merek toko modern atau merek lain yang disepakati
dalam rangka meningkatkan nilai jual barang.
Kedua, penyediaan lokasi usaha yaitu menyediakan ruang usaha
dalam Pusat Perbelanjaan kepada Usaha Mikro dan Usaha Kecil sesuai dengan
peruntukan yang disepakati. Ketiga,
penyediaan pasokan yaitu penyediaan barang dari pemasok ke Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern.
Keempat, adalah pola waralaba, dimana kemitraan dengan pola waralaba dilakukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang waralaba. Pola ini tertuang
dalam beberapa pasal yang diringkas dalam empat poin berikut.
Pertama, mengharuskan toko modern mengutamakan pasokan barang
produksi dalam negeri yang dihasilkan UMKM sepanjang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh Toko Modern (Pasal 17 ayat 1 Permendag No. 70 tahun 2013. Kedua, memberikan
kesempatan kepada pemasok dari Usaha Mikro dan Usaha Kecil dengan nilai pasokan
sampai dengan Rp.10 juta untuk menerima pembayaran tunai dalam jangka waktu 15
hari (Pasal 13 ayat 1 Permendag No. 70 tahun 2013.
Ketiga, membebaskan pemasok dari Usaha Mikro dan Usaha Kecil
dari pengenaan biaya administrasi pendaftaran barang (listing fee)
terdiri dari Pasal 13 ayat 3 Permendag No. 70. Dan keempat, membuka
peluang bagi toko modern untuk memasarkan barang dengan merek sendiri (private label dan
atau house brand)
paling banyak 15 persen dari keseluruhan jumlah barang dagangan, dengan syarat
harus mengutamakan barang hasil produksi UMKM.
Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa pemerintah
bersama pusat perbelanjaan dan ritel modern telah memberikan akses pasar bagi
produk UMKM. Yang jadi pertanyaan adalah, Siapkah kita menyambut hal itu?
Sebagai
pelaku UMKM, mayoritas kendala yang kerap dihadapi adalah syarat untuk memasuki
pasar tersebut. Karena setiap peritel modern atau pusat perbelanjaan memiliki
standar-standar tertentu. Tetapi dari sekian banyak brand jaringan
ritel modern di Indonesia, baik mini market maupun super market, yang paling
utama menjadi pertimbangan yaitu, standar kualitas kemasan, kualitas produk,
dan minimal memiliki ijin P-IRT dan sertifikat Halal.
Kualitas
kemasan dimaksud adalah menarik untuk dilihat, tidak mudah rusak, terbuat dari
bahan yang aman, menampilkan informasi lengkap mulai dari bahan baku pembuatan,
produsen, brand dan tanggal kadaluarsa. Sementara kualitas produk yaitu,
memiliki keunikan rasa ataupun bentuk yang belum ada di super market atau mini
market tersebut.
Alfamart,
salah satu jaringan peritel mini market modern yang terkenal di Indonesia
dengan ribuan cabangnya, menyatakan bahwa dalam menyambut regulasi pemerintah,
pihaknya telah bekerja sama dengan lebih dari 100 pemasok dari kalangan
UMKM. Bahkan
minimarket ini menaruh perhatian besar terhadap UMKM melalui pembinaan dan pemberdayaan UMKM dalam program Corporate Social Responsibility.
Selama
ini sistem kerja sama yang dibangun di Alfamart yaitu perusahaan menjual produk yang diproduksi pelaku UMKM. Selanjutnya produk
para pelaku UMKM dipasarkan melalui produk Home Brand Private
Label dengan merk Alfamart. Produk yang dijual sebagian besar untuk
kategori makanan.
Alfamart
juga menyiapkan Tenant
yaitu ruang bagi para UMKM untuk berjualan di halaman toko. Bagi pelaku UMKM yang
ingin bekerja sama, maka harus memenuhi beberapa kriteria seperti berikut.
Pertama, kualitas barang yakni, produk yang dijual harus
memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan perusahaan, minimal berlabelkan
SNI. Kedua,
nama merek dan kemasan yaitu produk yang dipasok harus memiliki kemasan
yang menarik, tidak mudah rusak dan terbuat dari bahan yang aman.
Ketiga, mencantumkan kode produksi, tanggal
pemakaian, komposisi isi dan volume sebagai bentuk perlindungan kepada
konsumen. Keempat,
spesifikasi produk dimana produk yang ditawarkan harus memiliki spesifkasi
produk dari segi taste
(rasa), bentuk, kemasan,dan lain-lain. Kelima, kemampuan
supply barang
yakni produsen harus mampu konsisten mengirimkan produknya sesuai dengan
kesepakatan baik dari segi jumlah maupun kontinuitasnya.
Selain
Alfamart, 7-Eleven juga menyiapkan outlet-outlet
khusus yang bisa dimanfaatkan bagi para pelaku UMKM. Outlet tersebut melakukan penjualan dan pendistribusian produk-produk para
UMKM. Termasuk
pembinaan dan pelatihan kualitas produksi, hingga packaging yang
lebih baik serta tetap higienis.
7-Eleven menysaratkan setiap produk UKM yang hendak dipasarkan setidaknya
memiliki ijin P-IRT.
Selain
dua brand
tersebut, mayoritas peritel di Indonesia telah memberi fasilitas untuk para
pelaku UMKM. Misalnya, Indomaret, Hypermart, Carrefour, Gyant, Superindo, dan
lain-lain.
Lalu?
Pentingkah kita memasuki jaringan ritel modern? Jawabannya “sangat penting”
untuk branding. Dan
kesuksesan branding
tersebut akan menentukan eksistensi produk kita dipasaran baik skala domestik
maupun global. Dan memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 tahun ini mau
tidak mau Indonesia sudah terjajah merek asing.
Tidak
ada cara untuk melawannya selain, membangun kesadaran masyarakat akan kemampuan
merek-merek lokal Indonesia untuk memiliki daya saing. Dengan kualitas produk,
kemasan, dan strategi pemasaran yang berdaya saing, produk kita akan menjadi
tuan rumah di negeri sendiri dan menang dipasar global.