Mereka yang melakukan
aksi penolakan langsung untuk turun ke jalan-jalan tentu yang memiliki
pengetahuan akademisi yang cukup. Tetapi mereka yang memiliki pengetahuan
terbatas, hanya bisa pasrah dan memberontak dalam hati. Tak jarang kekecewaan
itu diekspresikan juga melalui gambar-gambar sindiran untuk pemerintahan
Jokowi. Seperti merubah nomor kampanye Jokowi dari Nomor 2 Pilihanku menjadi
Salam 2 Ribu, dan Salam Gigit 2 Jari.
Kekhawatiran akan
kenaikan harga BBM itu sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir
sebelum keputusan resmi dikeluarkan oleh Presiden di Istana Negara. Sejumlah
demo di berbagai daerah yang bahkan berakhir dengan bentrokan berdarah juga
ikut mengawali kenaikan harga BBM.
Dengan kemampuan analisanya para pakarpun mulai
beralibi terkait kebijakan kenaikan harga BBM
ini. Sejumlah analisa itu tak lain untuk mengamankan kebijakan pemerintah
Jokowi. Dan hasilnya, lahirlah yang namanya Kartu Sakti. Kartu itu digadang-gadang akan
menjadi solusi peliput lara bagi masyarakat kurang mampu. Tiga kartu
dikeluarkan yaitu Kartu Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu
Indonesia Pintar.
Tetapi tahukah? bahwa
kenaikan BBM itu akan berimplikasi luas secara umum tanpa mengenal golongan
atau status sosial?. Yang akan paling terasa adalah para Ibu-Ibu di dapur yang setiap
hari dipaksa menakar kemampuan ekonominya berdasarkan penghasilan kepala
keluarga. Dengan kenaikan harga BBM, maka seluruh kebutuhan pokok juga akan
mengalami kenaikan.
Yang jadi
pertanyaan, apakah biaya beli garam kita bisa dapatkan di Kartu Sakti itu? Mungkin
pertanyaan ini sangat sederhana. Tetapi perlu diingat bahwa saat ini masyarakat
sudah lelah dengan yang namanya Kartu Kartu dan Kartu.
Pada tataran perumusan
program, mungkin Kartu Sakti ini akan menjadi sangat waw didepan publik apalagi
menjadi pembahasan di berbagai media nasional. Tetapi ini Indonesia, Indonesia
yang penuh dengan KKN yang sudah mendarah daging. Siapa yang bisa menjamin
bahwa masyarakat kurang mampu akan secara merata mendapatkan kartu sakti itu?
dan apakah realisasinya sudah sesuai dengan harapan masyarakat? Silahkan jawab
sendiri.
Kartu sakti itu
sebenarnya sejak jaman Presiden SBY juga sudah ada. Misalnya KIS merupakan
salinan atas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS). Sementara itu, KIP merupakan salinan atas bantuan siswa
miskin (BSM). Dan kita bisa lihat sendiri realisasinya seperti apa sampai
dengan sekarang. Kartu kartu tersebut justru melahirkan kecemburuan sosial.
Mungkin ada yang akan menjawab “Itu kan SBY,
sekarang Jokowi”. Oke, kalau ada yang menjawab seperti itu, maka bantahan saya
adalah “Apakah Jokowinya Indonesia ada 240an juta jiwa” jika iya, maka saya
bisa menjamin kebijakan itu tepat sasaran sesuai keinginan Presiden yang banyak didewakan sejak kampanye dulu.
Berbicara tentang
masyarakat kurang mampu, pemerintah sebenarnya sudah memiliki tolak ukur yang jelas. Dan
jangan salah, dengan mengatakan sebagian besar pengguna BBM di Indonesia ini
adalah masyarakat mampu. Coba hitung jumlah motor dan mobil yang ada di Indonesia
didasarkan pada frekuensi pengisian bahan bakarnya? MIKIR…!!!!
Kenaikan harga BBM
dengan solusi mengeluarkan kartu sakti saya nilai ini sangat tidak rasional dan
lebih kepada tindakan diskriminatif. Kenapa? Karena hanya masyarakat kurang
mampu yang diberi kartu sakti itu. Padahal Pancasila pun menjamin bahwa
pemerintah harus bertindak se adil-adilnya sebagaimana bunyi sila ke lima
Pancasila, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Jangan pernah
menganggap bahwa pemilik kendaraan bermotor itu seluruhnya orang mampu. Karena
untuk sebuah sepeda motor saja saat ini bisa didapat dengan harga Rp.500 Ribu.
MIKIRR..!!!!
Dan mayoritas mereka
yang membeli kendaraan bermotor alasannya sama yaitu ingin hemat di biaya
transportasi. Hal ini berarti bahwa penghasilan mereka yang juga masih
pas-pasan.
Jangan menganggap
bahwa mereka pekerja dengan penghasilan Rp.1 juta sebulan kalau sakit bisa
bayar sendiri biaya rumah sakitnya. Apalagi untuk mendapatkan perawatan yang
layak. MIKIRR…!!!!
Lantas, solusinya
seperti apa ? solusinya saya akan sampaikan langsung kepada Presiden Jokowi
jika diminta.!!!
SALAM DUA RIBU