
Perlahan kau buktikan emosimu untuk
pikiran-pikiran keji yang menggerogoti keteguhanmu. Kau merongrong dalam
lamunan gelap diujung sana tanpa cahaya setitikpun. Bulanpun bersedih, seolah
kau menghianatiinya. Apakah kau berharap lilin tanpa memegang uang
sepersenpun.? Lalu ia akan datang bersama korek kayu bergambar Gatot Katja
tahun 70an.?
Tidak….tidak….aku tahu kau tak menginginkan
itu. Ada banyak oksigen murni yang bisa kau hirup tanpa mereka memintamu membayar.
Dan jangan kau jangkrik-jangkrik kecil untuk menemanimu dikeheningan. Ingatlah keberisikan
mereka banyak melelapkan tidur bayi-bayi tak berdosa dimuka bumi ini.
Ahh….kau berhayal terlalu banyak. Rasanya
mustahil semut-semut merah terbangun karena kicauan merpati mala mini.
Tidurlah, dan bermimpilah setinggi langit agar kau merasakan betapa empuknya kasur
yang kubeli dengan harga Rp.125 ribu itu. Kau tersenyum kan.? Itu sudah pasti walaupun
aku menopang pundakku disebuah meja tua agar ia tak jujur dengan letihnya.
Jari-jari yang lentik bersandarlah, bahwa kau
kini tengah aman berada ditengah pelukan guling-guling kecil dari desa seberang.
Kau tahu? Bahwa sebenarnya aku tak tega melihat itu lagi. Aku bosan….aku jenuh….tapi
aku takut mendustakanNya. Terlalu banyak benda-benda gratis yang telah menopang
senyumku di bumi ini.
Oh yah, aku lupa akan satu hal bahwa masih
ada bintang-bintang yang berani bersinar ditengah timbunan awan dan guncangan
petir di angasa sana. Raihlah mereka sebelum ia pergi dan bersorak di ruang TK
Kelas nol kecil.
Apakah kau akan mengaamiinkan?
Yah..mungkin harus, karena guncangan ombak akan
mengantar perahu itu ke dermaga tanpa lelah kau mendayung. Dan percayalah bahwa
jari-jari ini tercipta untuk berlari dan terus berlari hingga ia terhenti dan
berkata aku telah tiba.
Lalu, pantaskah kau menangis? Dunia ini
terlalu lelah untuk menampung air mata. Lihatlah nyamuk-nyamuk penggigit itu,
ia menyakitimu untuk bertahan hidup lalu tanpa ragu ia menyerahkan nyawanya. Andai
dia mampu berteriak dan menangis, maka gitarkupun tak butuh drum untuk
mengawalmu bernyanyi.
Dia terlalu adil untuk mengatur rautmu, dan
percayalah bahwa tabir mimpimu akan tersingkap dibalik langit itu. Disanalah
jawabannya.
Oleh : Julhan Sifadi
Love it