“Kamu jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk
menjual kain tenun.? Yang kuno itu,? Kolot.?”. Yah…kalimat itu kerap terdengar
ditelinga saya ketika beberapa bulan di Kota Jakarta dan memutuskan hijrah dari
Sulawesi Tenggara. Dan bahkan sampai saat ini kalimat seperti itu belum
berhenti menghiasi telinga saya.
“Kamu bekerja disalah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, dengan penghasilan yang tidak sedikit, lalu, sebagai penulis buku, punya beberapa unit bisnis, lalu masih menjual kain tenun Buton,? Untuk apa.?” sungguh kalimat yang indah.
“Kamu bekerja disalah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, dengan penghasilan yang tidak sedikit, lalu, sebagai penulis buku, punya beberapa unit bisnis, lalu masih menjual kain tenun Buton,? Untuk apa.?” sungguh kalimat yang indah.
“Tenun Buton itu unik dan punya ciri khas
sendiri, kamu bisa kaya dengan ini jika fokus disini,” lagi-lagi kalimat ini
membuat bibir saya tak kuasa menahan senyum.
Dalam hati saya berkata “Jika saja saya bisa
mati dahulu dan bangkit lagi, saya akan bukakan hati saya bahwa dihati saya
tertulis sebuah kalimat AKU ADALAH ORANG INDONESIA yang diwajibkan untuk
melestarikan budaya bangsa, yang salah satunya adalah kain tenun Buton yang ada
di kampung saya.
Memang, saya bisa kaya dengan menjual kain
tenun Buton, namun harta bukanlah ukuran kepuasan bathin saya. Walaupun tak
dapat dipungkiri bahwa saya membutuhkan materi untuk bertahan hidup. Lalu.? Apa
yang saya inginkan dari Tenun Buton.? Saya hanya ingin menjadi tetesan air hujan ditengah kegersangan bumi.
Menyejukkan, dan menyuburkan tanaman sehingga mampu menghidupi semua makhluk
Tuhan di alam ini.
Kebanggaan saya adalah, mampu memperkenalkan
Tenun Buton ke tingkat nasional dan internasional, serta mengembalikan senyum-senyum
mereka penenun tradisional di Pulau Buton dan Muna yang kini mulai menua dibawah
lentengan kayu dan benang-benang katun.
Sungguh senyum mereka adalah harapan saya dan
beban yang melekat erat dipundak saya untuk senantiasa saya jaga dan
pertahankan kekokohannya kendati diterpa badai dan topan sekalipun. Dari
tangan-tangan renta merekalah Tenun Buton berasal dan dari jiwa-jiwa merekalah
Tenun Buton bisa tereksplor dari masa ke massa.
Senyum merekalah yang terus membangunkanku
saat ayam berkokok. Semoga senyum kalian tetap terjaga dan aku akan
merangkulnya melalui doaku disepanjang tidur. SALAM ETNIK NUSANTARA.