Koko Hadiono, nama lengkap
pria yang mengawali kariernya sebagai Manager
Trainee itu. Terakhir ia duduk dipuncak kariernya sebagai General Manager yang membawahi
departemen strategis penggerak bisnis seperti Operational & Training, Supply Chain & QA, serta Marketing & PR McDonald’s Indonesia.
Iapun pernah mengikuti
training di berbagai negara. Di level managing
restaurant ia berkesempatan berkarir di Singapore, kemudian level mid-management atau supervisor di
Malaysia dan
kemudian kembali ke Indonesia.
“Masa bulan madu pertama di Indonesia ini
tidak berlangsung lama karena ketika Indonesia mengalami krisis besar thn 1998,
saat dollar Amerika menembus angka 15.000 dari sebelumnya dibawah 10.000,
bisnis model ini langsung menjadi tidak feasible,”
kenang Koko.
Kejadian itu membuatnya
memutar otak karena menurutnya yang ada di bangku sekolah hanyalah teori-teori standar
saja, seperti cut cost atau efisiensi,
dll. Padahal menurutnya diperlukan
kombinasi science & art untuk
bangkit dari suatu masalah atau kejatuhan.
“Science
nya adalah
teori-teori efisiensi, hitungan financial, dan lain-lain, sedang art nya adalah insting. Salah satu dari
itu saja tidak cukup dan berbahaya. Di dalam keadaan normal, parameter riset
selalu digunakan sebagai pijakan dalam berbisnis atau mengambil keputusan,
namun ketika krisis, parameter riset itu
bisa tidak berlaku lagi,” kata Koko.
Ada beberapa terobosan yang
saat itu mampu membuat perusahaan keluar dari krisis. Disamping inovasi-inovasi
supply chain, menu variety, dan sebagainya. Salah satu diantaranya adalah revenue channel baru
yang kita kenal saat ini yang menjadi tren yaitu bisnis delivery.
“Seperti kita ketahui, sebelum
thn 1998, orang hanya tahu delivery
itu berarti satu merek restoran Pizza saja. Disitu saya ngotot untuk mengembangkan revenue channel baru via delivery system, karena saya yakin disaat
trauma kerusuhan yang membuat orang enggan keluar rumah, saatnya kita yang
mendatangi mereka,” terang Koko.
Oleh sebab itu, menurut pria
yang hobi fotografi ini, tidaklah mudah meyakinkan principal dalam hal ini McDonalds pusat karena revenue channel delivery ini belum ada
di sistem.
“Prinsip saya adalah bagaimana
membuka restoran baru yang berarti tambahan sales baru, tanpa membuka fisik
restoran baru, karena untuk survive,
kita harus punya strategi sustainable
growth, padahal tidak ada alokasi Capital
expenditure baru dalam situasi stabilitas perekonomian seperti saat itu,”
papar Koko lagi.
Inovasi delivery ini membuahkan hasil yang luar biasa. Untuk bisnis delivery
restoran, MCD Indonesialah yang pertama menggunakan system centralized call
number dengan satu call center dan satu nomer telepon untuk seluruh
Indonesia.
“Kitalah restoran pertama yang
menggunakan nomer cantik 5 digit,
14045 yang kini diikuti banyak call center dari berbagai bidang usaha. Jadi
mirip degan saat ini GO-Jek, saya sudah menerapkan sistem ini 18 tahun yang lalu. Kini,
bila Anda berada di Thailand, Philipina, Singapore, Malaysia, dan bisa order
McDonalds via delivery, itu karena
kita yang membangun sistem dan menularkan pada negara tetangga tersebut,” kata
Koko.
Sebelum di McD, ia pernah
menjadi legal officer karena latar
belakangnya yang sarjana hukum, juga importir peraltan gas. Namun karena ia lebih
suka berinteraksi dengan banyak orang, turun kelapangan dan memberi memotivasi,
maka iapun meninggalkan berbagai profesi tersebut.
“Kepuasan tertinggi dalam
karir adalah bila mampu membawa company dalam kondisi sustainable sales & profit growth, apalagi bisa berhasil keluar
dari suatu krisis, karena dibalik itu, pekerjaan rumah nya cukup besar dan perlu
strategi yang tepat,” ucap Koko.
Baginya, sukses dan problem adalah
satu paket. Jika diperkecil skalanya menjadi individu, maka orang yang sukses
adalah orang yang mau mengerjakan apa saja yang orang gagal tidak mau
mengerjakannya.
Setelah 20 tahun di McDonalds,
ia memilih untuk mengabdikan ilmu yang dimiliki.
“Tadinya target saya bisa retired umur 45tahun, tapi belum siap,
dan setelah menambah 4 tahun lagi, maka thn 2011, saya beralih menjadi
pengusaha hotel di Batu bersama partner saya, dan mengabdikan ilmu yang
bermanfaat untuk siapa saja yang berminat melalu seminar-seminar franchise,
Strategi Branding untuk UKM, dan lain-lain,” tutup Koko Handiono. (Telah di rilis di Majalah Franchise Indonesia edisi Februari 2016).
Julhan
Sifadi